Paradigma psikologi kesehatan dan patologi.
Setelah kita belajar tentang Teori Abnormalitas dalam prespektif psikologi dan apa itu normal dan abnormal. mari kita bahas bersama mengenai Aplikasi Teori psikologi kesehatan dan patologi.
Pengertian sehat
World
Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat
luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak
hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat
bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit
pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang
sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.
Jadi bisa
disimpulkan bahwa Psikologi kesehatan yakni salah satu cabang ilmu psikologi
yang mempelajari tentang penyakit mental(Tekanan mental) hal ini dapat
terjadi di individu apabila individu tidak dapat mengontrol antara pemikirannya
dan tubuhnya(tak dapat menskingkronkan dengan baik) Contohnya yakni ketika
perilaku makan terlalu banyak di restoran yang mengandung MSG meningkatkan
resiko penyakit saluran pencernaan. padahal perilaku tersebut disadari oleh
individu namun tak ada upaya untuk berhenti karena alasan tertentu .
Pengertian Patologi
patologi
adalah ilmu yang mempelajari penyakit, analisis, dan pengambilan sampel
jaringan, sel, dan cairan tubuh. Patolog(Ahli ilmu penyakit) biasanya akan
memeriksa sampel darah, air mani, air liur, cairan pleura yang diambil dari paru-paru,
cairan perikard yang diambil dari jantung, cairan asites yang diambil dari
hati, dan cairan serviks. Sampel-sampel ini akan dilihat melalui mikroskop,
lalu patolog akan mencari setiap kelainan seluler. Pertumbuhan abnormal dalam
tubuh juga akan diperiksa untuk memastikan apakah bersifat kanker atau
non-kanker.
Patologi
biasanya dibagi menjadi 3 bagian yakni :
1. patologi
klinik yakni menangani analisis urin, sampel jaringan, dan darah.
2. Patologi
anatomi ialah memeriksa seluruh tubuh dalam suatu proses otopsi, atau
spesimen jaringan tubuh yang diambil melalui pembedahan.
3. patologi
umum yakni mempelajari cara suatu penyakit dalam mempengaruhi atau
menyebabkan kelainan pada fungsi dan struktur setiap bagian tubuh.
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Definisi: Diagnosis
multiaxial adalah gangguan jiwa yang didiagnosis menurut sebuah buku panduan
yang diterbitkan oleh Asosiasi Psikiater Amerika Disebut Diagnostik dan Statistic
Manual Of Mental Disorder (DSM-IV). A DSM-IV. Diagnosis memiliki 5 bagian.
Setiap bagian yang disebut Axis/sumbu memberikan berbagai jenis informasi
tentang diagnosis.
Tujuan :
- Mencakup
informasi yang “komperhensif” ( Gangguan Jiwa, Kondisi Medik Umum, Masalah
Psikososial Dan Lingkungan, Taraf Fungsi Secara Global ) sehingga dapat
membantu dalam:
·
Perencanaan terapi
·
Meramalkan “outcome” atau
prognosis
- Format
yang “mudah” dan “sistematik” Sehingga dapat membantu dalam :
·
Menata dan menginformasikan
informasi klinis
·
Menangkap kompleksitas
situasi klinis
·
Menggambarkan heterogenitas
individual dengan diagnosis klinis yang sama
- Memacu
penggunaan “model bio-psiko-sosial” dalam klinis, Pendidikan dan
penelitian.
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
AKSIS I : Gangguan klinis, Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian
klinik
AKSIS II : Gangguan kepribadian,
Retardasi mental
AKSIS III : Kondisi Medik Umum
AKSIS IV : Masalah psikososial
dan Lingkungan
AKSIS V : Penilaian Fungsi Secara
Global
CATATAN :
• Antara aksis I, II dan III
tidak selalu ada hubungan etiologik atau patogenesisi
• Hubungan antara aksis I, II,
III dan aksis IV dapat timbal balik saling mempengaruhi.
AKSIS I (RPS )
F 00 – F 09 : Ggn mental organik
(+simptomatik)
F 10 – F 19 : Ggn mental &
perilaku zat psikoaktif
F 20 – F 29 : Skizofrenia,
skizotipal & gg waham
F 30 – F 39 : Ggn suasana
perasaan (mood/afektif)
F 40 – F 49 : Ggn neurotik,
somatoform-> ggn terkait stress
F 50 – F 59 : Sindroma perilaku
ggn fisiologis
dst…..F 99
AKSIS II (RPS & RPD )
F 60 : Gg Kepribadian khas
F 60.0 : Gg kepribadian paranoid
F 60.1 : Gg kepribadian schizoid
F 60.2 : Gg kepribadian disosial
F 60.3 : Gg kepribadian emosional
tak stabil
F 60.4 : Gg kepribadian
histrionik
F 60.5 : Gg kepribadian anankastic
dst …..F 70 : RM
AKSIS III (RPS )
Bab I A00 – B99 : Peny infeksi
& parasit
Bab II C00 – D 99 : Neoplasma
Bab IV E00 – G 99 : Peny
endokrin, nutrisi dan endokrin
Bab VI G00 – G59 : Peny susunan
syaraf
Bab VII H00 – H 59 : Peny mata
dan adneksa
Bab VIII H60-H99 : Peny telinga
dan proses mastoid
dst
AKSIS IV
Masalah dengan primary support
group (keluarga)
Masalah berkaitan lingkungan
sosial
Masalah pendidikan
Masalah pekerjaan
Masalah perumahan
Masalah ekonomi
Masalah akses dan pelayanan
kesehatn dst
AKSIS V
(GAF =Global Assesment of
Functioning scale)
100 – 91 : Gejala tidak ada,
berfungsi maksimal, tidak
ada masalah yang tak
ditanggulangi
90 – 81 : Gejala minimal,
berfungsi baik, cukup puas,
tidak lebih dari masalah harian
biasa
80 – 71 : Beberapa gejala ringan
& dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan, sekolah dll
70 – 61 : Beberapa gejala rignan
& menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum
masih baik
dst.
Contoh Penulisan Diagnosis
Multiaksial:
Aksis I : F32.2 Episode depresif
berat gejala psikotik
Aksis II : F60.7 Ggn kepribadian
dependen
Aksis III : B20.1 HIV dengan
infeksi bakteri lainnya
Aksis IV : Ancaman kehilangan
pekerjaan
Aksis V : GAF 53
PEMERIKSAAN
· Fisik
diagonistik
· Status
mentalis
· Laboratorium
· Radiologi
· Evaluasi
psikologik
· Lain-lain
ANAMNESA
Anamnesa adalah kalimat atau
kata-kata tertulis dimana menceritakan kejadian yang dialami individu dari masa
kanak-kanak hingga sekarang. Anamnesa dapat didapatkan dari 2 sumber, yaitu
cerita klien maupun cerita pihak terkait. Dalam pembuatannya dibutuhkan proses
protokol yaitu daftar pertanyaan yang diperkirakan memiliki makna penting bagi
orang tersebut berikut validasi datanya. Syarat dalam pembuatan anamnesa ada
dua yakni pencatatan secara rinci atau tidak boleh mengembangkan jawaban dari
klien serta mengungkapkan dengan konotasi yang tidak ambigu dan mempunyai
konsep teoritik yang jelas. Terdapat juga kelemahan saat menggunakan proses
protokol yaitu :
1. Data
yang didapat sebatas protokol
2. Butuh
teknik interview dan ketajaman observasi
3. Perlu
keterampilan dalam mencatat inti permasalahan
4. Membutuhkan
pendapat orang lain untuk meningkatkan kepekaan data
5. Anamnesa
dan teori harus saling melengkapi.
Proses protokol sendiri memiliki
beberapa tahapan atau pertemuan. Pertemuan pertama, klien dibiarkan menguraikan
masalahnya. Kedua, keluhan ditanyakan lebih mendetail. Ketiga, menanyakan
terkait situasi keluarga atau lingkungan terdekatnya. Dengan catatan saat
proses protokol urutan pertanyaan boleh saja ditukar, perhatikan juga apakah
ada perubahan dari pertemuan sebelumnya karena dalam anamnesa perlu
diperhatikan tujuan utamanya yaitu memperoleh data.
Langkah-langkah dalam anamnesa
yaitu :
1. Olah
fakta
2. Recall
memory klien
3. Catat
dan pahami fakta
4. Sajikan
catatan secara terstruktur
5. Susun
anamnesa dan hasil tes sesuai kerangka teori
6. Teliti
dan komparasikan sesuai kenyataan
Daftar pustaka :
http://penulisabcd.blogspot.com/2016/03/kesehatan-mental-dipandang-dari-aliran.html
https://www.slideshare.net/dadadony/diagnosa-multiaksial
Maslim, Rusdi. (2013). Diagnosis
Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.
Cetakan 2 – Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya. Jakarta:
PT Nuh Jaya.
pengantar multiaksial diagnosis -
FK UIIkuliah.fkuii.org
Buku Saku ‘DIAGNOSIS GANGGUAN
JIWA’ Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III, DSM-5, ICD-11. ( karangan Dr. Rusdi
Maslim, dr, spkj, M.Kes. )
Komentar
Posting Komentar