Normal & Abnormal Dalam Pandangan Psikologi

 

 

Normal dan Abnormal

Hm…. Apa itu normal? Apa itu Abnormal ?

Sepertinya menarik untuk kita bahas Bersama……

 

Mungkin Sebagian dari kalian jika mendengar kata “normal” mungkin akan terlintas di pikiran kalian bahwa itu berrarti hal yang wajar. Dan mungkin juga ketika kalian mendengar kata “abnormal”, kalian akan berpikir itu artinya tidak normal ataupun tidak biasa.

Nah, Setelah kita membahas Adjutment. disini saya akan mencoba sedikit mengulas dan menjelaskan tentang keduanya dengan Bahasa saya sendiri. Selamat membaca………

 

 NORMAL & ABNORMAL

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Normal mempunyai arti : pertama: menurut aturan atau menurut pola yang umum, sesuai dan tidak menyimpang dari suatu norma atau kaidah, sesuai dengan keadaan yang biasa. Yang kedua: bebas dari gangguan jiwa. Sedangkan definisi normal menurut disiplin ilmu Psikologi adalah keadaan sehat (tidak patologis) dalam hal fungsi keseluruhan.

Sedangkan normal menurut pemahaman saya dari beberapa sumber dan pengalaman saya adalah perilaku yang serasi dan tepat yang dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya ataupun perilaku yang konsisten dalam cara bertingkah, bergaul dan bermasyarakat seseorang yang biasa. Ini sesuai dengan standar sosial serta berpikir dan berperilaku serupa dengan mayoritas, dan dengan demikian secara umum dipandang baik dalam konteks ini. Normal juga merupakan perilaku yang diharapkan  atau sesuai dengan situasi. Mungkin juga hanya menjadi rata-rata, seperti halnya dalam statistik psikologis. Ini melibatkan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, mengelolah atau mengendalikan emosi, mampu bekerja dengan memuaskan serta membangun hubungan yang memuaskan atau setidaknya dapat diterima

Bagaimana jika seseorang tidak seperti keadaan di atas? Jika kalian menemukan/ menjumpai seseorang ataupun orang terdekat kalian sendiri tidak seperti ciri2/ ketentuan diatas, maka kondisi tersebut dinamakan “Abnormal”.

Di bawah definisi kelainan ini, sifat, pemikiran, atau perilaku seseorang diklasifikasikan sebagai abnormal jika jarang atau secara statistik tidak biasa. 

Dengan definisi ini, perlu dijelaskan tentang seberapa langka suatu sifat atau perilaku perlu sebelum kita mengklasifikasikannya sebagai tidak normal. Misalnya, seseorang mungkin mengatakan bahwa seseorang yang memiliki IQ di bawah atau di atas tingkat IQ rata-rata di masyarakat adalah tidak normal. 


Sedangkan menurut  pengamatan saya Perilaku Abnormal adalah suatu perilaku yang berbeda, tidak mengikuti peraturan yang berlaku, tidak pantas, mengganggu dan tidak dapat dimengerti melalui kriteria yang biasa Itu adalah perilaku yang tidak biasa, aneh, atipikal atau di luar kebiasaan. Ini adalah ketidaksesuaian terhadap masyarakat dan budaya seseorang, dibesar-besarkan, diselewengkan, atau melanggar standar masyarakat yang berlaku, dan umumnya dipandang buruk. Ini bisa berupa kekurangan atau defisit dalam sifat tertentu, seperti dalam kecerdasan terbatas, atau hanya menjadi kelangkaan statistik seperti berada di atas kejeniusan. Ini juga bisa menjadi disorganisasi dalam kepribadian atau ketidakstabilan emosional.


Definisi ini juga menyiratkan bahwa adanya perilaku abnormal pada manusia seharusnya jarang atau tidak biasa secara statistik, padahal sebenarnya tidak demikian.

Sebaliknya, perilaku abnormal tertentu mungkin tidak biasa, tetapi bukan hal yang aneh bagi orang untuk menunjukkan beberapa bentuk perilaku abnormal yang berkepanjangan di beberapa titik dalam hidup mereka, dan gangguan mental seperti depresi sebenarnya sangat umum secara statistik.

 

Bagaimana untuk mengetahui bahwa manusia itu tergolong normal atau tidak mormal?

Perilaku Normal

Perilaku normal sendiri merupakan perilaku yang konsisten dan dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya (Kartono,1999). Perilaku normal ini juga merupakan perilaku yang diharapkan atau sesuai dengan situasi.

Untuk mengetahui apakah perilaku - perilaku disekitar kita itu tergolong perilaku normal atau abnormal maka perlu ditinjau dari berbagai pendekatan. Menurut Suprapti Sumarno (1976), terdapat 2 pendekatan yang berbeda sebagai pedoman mengenai perilaku yang normal, yaitu: 

1. Pendekatan Kuantitatif.

Pendekatan Kuantitatif berpatokan pada statistik/frekuensi, dengan melihat pada sering atau tidak terjadi berdasarkan pemikiran orang awam dan secara subjektif. Misalnya anggapan bahwa pria yang gondrong saat ini adalah hal yang normal dan biasa untuk masa kini. Hal tersebut didasarkan atas perkiraan subjektif. Perkiraan juga bisa diperhitungkan secara teliti dan menghasilkan suatu angka rata-rata. Misalnya tinggi rata-rata wanita di Indonesia adalah 150 cm.

2. Pendekatan Kualitatif

Pendekatan Kualitatif menggunakan pendekatan dengan pedoman-pedoman yang normatif, yang tidak berdasarkan perhitungan atau pemikiran awan. Jadi pendekatan ini atas observasi empirik pada tipe-tipe ideal seperti di bidang biologis atau bidang kultural-sosial. Misalnya, seorang pria yang sudah berpenghasilan sebaiknya menikah. Setelah kita melihat tentang pendekatan kualitatif dan kuantitatif maka kita selanjutnya melihat ciri-ciri orang yang sehat dan normal, antara lain:

1. Sikap terhadap diri sendiri : menunjukkan penerimaan diri, memiliki jati diri, dan mempunyai penilaian yang realistis

2. Persepsi terhadap realitas : memiliki pandangan yang realistik terhadap diri dan lingkungan

3. Integrasi : berkepribadian utuh dan terbebas dari konflik batin, serta dapat mentoleransi stress

4. Kompetensi : memiliki kompetensi fisik, intelektual, emosional, dan sosial untuk menghadapi berbagai masalah

5. Otonomi : memiliki kemandirinan, tanggungjawab, dan penentuan diri

6. Pertumbuhan aktualisasi diri : menunjukkan kemampuannya ke arah yang lebih matang dan berkembang


Perilaku Abnormal

Abnormal sendiri berati tidak normal, atau perilaku menyimpang dari suatu standar yang bisa saja diatas normal atau di bawah normal. Jadi jika seorang individu menujukkan suatu yang berbeda, tidak mengikuti aturan yang berlaku, mengganggu dan tidak tidak dapat dimengerti dengan kriteria yang biasa, maka tingkah laku tersebut dianggap abnormal. 

Kriteria Pribadi Abnormal:



1. Kelangkaan Statistik.

Tingkah laku abnormal diasumsikan dalam "populasi kurva normal" yang menempatkan mayoritas individu berada di tengah dan sangat sedikit yang berada pada posisi ekstrim. Jadi dengan kata lain, seseorang dapat dianggap normal bila orang tersebut tidak menyimpang jauh dari rata-rata perilaku.

2. Pelanggaran Norma

Tingkah laku yang menyimpang dari norma sosial dan mengancam atau membuat cemas orang yang mengamatinya. Misal, Kekerasan psikopat, perilaku liar manik, perilaku aneh skizofrenia.

3. Penderitaan Pribadi 

Suatu perilaku dimana individu secara personal merasa berada dalam situasi penuh tekanan baik stres dari lingkungan maupun kondisi dari dalam dirinya. Misal, depresi, cemas berat karena takut rasa sakit.

4. Disabilitas atau Disfungsi 

Ketidakmampuan individu dalam beberapa bidang penting dalam hidup, baik hubungan kerja atau pribadi. Misal, seseorang yang takut terbang melewatkan kesempatan bekerja di luar negeri.

5. Tidak Diharapkan 

Suatu respon dari perilaku yang tidak diharapkan terhadap stresor lingkungan karena sudah diluar proporsi. Misal, kecemasan yang sangat dan terus menerus terhadap hartanya, walaupun seseorang tergolong kaya.

Kategori Tingkah Laku Abnormal (Maher & Maher, 1985)

1.            Tingkah laku berbahaya terhadap diri dan orang lain

2.            Kontak realitas yang buruk

3.            Reaksi emosional yang tidak sesuai dengan situasi

4.            Tingkah laku tidak menentu (aneh) atau beralih tanpa dapat diramalkan.

 

 Salam sehat…… Kesehatan mental dimulai dari diri sendiri…. Perbanyak bersyukur, tambah usahamu dan yang paling penting jangan lupa dekatkan diri ke YANG MAHA KUASA……

 

Daftar Pustaka

 S    uprapti Slamet I.S. Sumarmo Markam.2003.Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta : UI-Press.

  S    upratiknya, A. (1995). Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius

https://dosenpsikologi.com/

 

 

 

 


 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Demensia

Pembelajaran Jarak Jauh ( Dalam Jaringan/ Online ) Bagi Anak Autis.

Review film "silenced" ( kekerasan seksual anak tuna rungu )